ASH-SHIDQ (BENAR atau JUJUR) sebagai salah satu CABANG dari INDUK akhlak mulia “MENGAKUI KEBENARAN, MENCINTAI DAN MENDAHULUKANNYA” (AKH-004) Bagian 1
📚 ASH-SHIDQ (الصِّدْقُ) BENAR atau JUJUR sebagai salah satu CABANG dari INDUK akhlak mulia “MENGAKUI KEBENARAN, MENCINTAI DAN MENDAHULUKANNYA”
Dalam materi akhlaq sebelumnya (AKH-003) telah dijelaskan bahwa salah satu induk akhlaq mulia adalah “mengakui kebenaran, mencintai dan mendahulukannya”.
✅ “Anak kandung pertama” dari sang induk tersebut adalah sifat shidiq (benar atau jujur). Karena seseorang yang mencintai kebenaran dan mengutamakannya tidak akan mengkhianati kebenaran dengan berbohong atau berpihak kepada kesalahan.
📌 Definisi Shidiq
✅ Jika ditinjau dari kesesuaiannya dengan realita, maka shidiq dapat didefinisikan sebagai:
اَلْقَوْلُ (الْمَوْقِفُ) الْمُطَابِقُ لِلْوَاقِعِ وَالْحَقِيقَةِ
Ucapan atau sikap yang sesuai dengan realita dan kebenaran itu sendiri.
✅ Bila ditinjau dari kesesuaiannya dengan keyakinan orang yang berbicara atau bersikap, maka shidiq dapat didefinisikan sebagai:
اَلْكَلَامُ الْمُطَابِقُ لِاعْتِقَادِ الْمُتَكَلِّمِ سَوَاء طَابَقَ الوَاقِعَ وَالحَقِيقَةَ أَوْ لَا يُطَابِقُ
Ucapan yang sesuai dengan keyakinan si pembicara, tanpa melihat apakah sesuai dengan kenyataan dan kebenaran ataukah tidak.
Contoh:
✏️ Seorang guru yang mengajarkan muridnya, bahwa Allah itu esa:
✅ Jika sang guru mengajarkannya sesuai dengan keyakinannya sendiri, maka ia dikatakan telah berlaku shidiq dari dua sisi sekaligus:
🕋 Ia shidiq, karena “Allah itu esa” adalah pernyataan yang sesuai dengan realita kebenaran. Dalam hal ini shidik dapat kita terjemahkan sebagai “benar”.
🕋 Ia juga shidiq, karena pernyataannya tersebut sesuai dengan keyakinan hatinya. Dalam hal ini shidiq dapat kita terjemahkan sebagai “jujur”.
✅ Jika sang guru mengajarkannya namun hatinya meyakini sebaliknya – na’udzu billah min dzalik – yaitu bahwa Tuhan itu banyak, maka ia telah berlaku shidiq (benar) di satu sisi, namun tidak shidik (tidak jujur) di sisi yang lain:
🕋 Ia shidiq (benar), karena telah mengajarkan Allah itu esa, yang merupakan realita kebenaran.
🕋 Di sisi lain ia tidak shidik (tidak jujur), karena apa yang ia ajarkan tidak sesuai dengan keyakinannya.
✏️ Contoh dari ayat Al-Qur’an:
إِذَا جَاءَكَ الْمُنَافِقُونَ قَالُوا نَشْهَدُ إِنَّكَ لَرَسُولُ اللَّهِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ إِنَّكَ لَرَسُولُهُ وَاللَّهُ يَشْهَدُ إِنَّ الْمُنَافِقِينَ لَكَاذِبُونَ
Apabila orang-orang munafik datang kepadamu, mereka berkata: "Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah". Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya; dan Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta. (QS. Al-Munafiqun: 1).
✅ Orang-orang munafik berkata kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam:
"Kami bersaksi, bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul Allah"
🕋 Pernyataan ini adalah shidik (benar) dilihat dari kesesuaiannya dengan realita kebenaran. Oleh karena itu, Allah pun menyatakan hal yang sama di tengah ayat tersebut: “Dan Allah mengetahui bahwa sesungguhnya kamu benar-benar Rasul-Nya.”
🕋 Namun pernyataan ini adalah kadzib (dusta) karena tidak sesuai dengan keyakinan orang-orang munafik yang membuat pernyataan tersebut. Oleh karena itu, Allah yang Maha Mengetahui rahasia hati siapapun menutup ayat tersebut dengan pernyataan: “dan Allah bersaksi bahwa sesungguhnya orang-orang munafik itu benar-benar pendusta”.
📌 Bekal untuk Berakhlaq Shidiq
Seorang muslim dituntut untuk berlaku shidiq, baik dalam pengertian benar sesuai realita kebenaran, maupun shidiq dalam pengertian jujur sesuai keyakinan hatinya.
Bekal untuk itu ada dua:
✅ Ilmu yang bermanfaat yang mengantarkan kepada kebenaran dan meyakininya.
✅ Hati yang tunduk kepada kebenaran yang membuatnya berani berkata dan bersikap benar sesuai keyakinannya.
وَلِيَعْلَمَ الَّذِينَ أُوتُوا الْعِلْمَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكَ فَيُؤْمِنُوا بِهِ فَتُخْبِتَ لَهُ قُلُوبُهُمْ وَإِنَّ اللَّهَ لَهَادِ الَّذِينَ آمَنُوا إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ
dan agar orang-orang yang telah diberi ilmu, meyakini bahwasanya Al-Qur’an itulah yang hak dari Tuhan-mu lalu mereka beriman dan tunduk hati mereka kepadanya dan sesungguhnya Allah adalah Pemberi petunjuk bagi orang-orang yang beriman kepada jalan yang lurus. (QS. Al-Hajj: 54).
✏️ Untuk meraih kedua bekal tersebut diperlukan mujahadah:
✅ mujahadah dalam menuntut ilmu,
✅ dan mujahadah memerangi hawa nafsu yang menghalangi hati dari ketundukan kepada kebenaran yang telah diketahuinya.
📌 فضَائِلُ الصِّدْقِ
📌 Keutamaan Shidiq
1. الصِّدْقُ دَرَجَةٌ عَالِيَةٌ بَعْدَ النُّبُوَّةِ
Shidiq adalah kedudukan yang tinggi setelah kenabian.
Yaitu dengan disebutkannya orang-orang yang shidiq langsung setelah para nabi dalam mendapatkan kenikmatan dan karunia dari Allah:
وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَالرَّسُولَ فَأُولَئِكَ مَعَ الَّذِينَ أَنْعَمَ اللَّهُ عَلَيْهِمْ مِنَ النَّبِيِّينَ وَالصِّدِّيقِينَ وَالشُّهَدَاءِ وَالصَّالِحِينَ وَحَسُنَ أُولَئِكَ رَفِيقًا (69) ذَلِكَ الْفَضْلُ مِنَ اللَّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ عَلِيمً
Dan barangsiapa yang mentaati Allah dan RasulNya, mereka itu akan bersama-sama dengan orang-orang yang dianugerahi nikmat oleh Allah, yaitu: Nabi-Nabi, “para shiddiqin”, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Dan mereka itulah teman yang sebaik-baiknya. Yang demikian itu adalah karunia dari Allah, dan cukuplah Allah sebagai Yang Maha Mengetahui. (QS. An-Nisa; 69-70).
2. الصِّدْقُ صِفَةٌ مِنْ صِفَاتِ الخَالِقِ تَعَالَى ثَابِتَةٌ لَهُ بِالكِتَابِ وَالسُّنَّةِ
Shidiq adalah salah satu sifat Allah ta’ala yang ditetapkan oleh Al-Qur’an dan Sunnah.
قُلْ صَدَقَ اللَّهُ فَاتَّبِعُوا مِلَّةَ إِبْرَاهِيمَ حَنِيفًا وَمَا كَانَ مِنَ الْمُشْرِكِينَ
Katakanlah: "Maha Benar Allah.” Maka ikutilah agama Ibrahim yang lurus, dan bukanlah dia termasuk orang-orang yang musyrik. (QS. Ali Imran: 95).
لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ "صَدَقَ" وَعْدَهُ وَنَصَرَ عَبْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ - رواه أبو داود – حديث حسن
Tidak ada ilah selain Allah semata, Dia telah “membenarkan” janjiNya, menolong hambaNya, dan mengalahkan pasukan sekutu sendirian. (HR. Abu Dawud – hadits hasan).
3. الصِّدْقُ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ
Shidiq mengantarkan ke surga
«إِنَّ الصِّدْقَ يَهْدِي إِلَى البِرِّ، وَإِنَّ البِرَّ يَهْدِي إِلَى الجَنَّةِ، وَإِنَّ الرَّجُلَ لَيَصْدُقُ حَتَّى يَكُونَ صِدِّيقًا ... » (متفق عليه)
Sesungguhnya shidiq itu mengantarkan kepada kebajikan, dan sesungguhnya kebajikan itu mengantakan ke surga, dan sesungguhnya seorang laki-laki itu benar-benar berlaku shidiq hingga ia menjadi orang yang shiddiq … (Muttafaq ‘alaih).
Rasulullah bersabda tentang seseorang yang tidak akan menambah dan mengurangi dari apa yang telah diwajibkan oleh syariat:
دَخَلَ الجَنَّةَ إِنْ صَدَقَ
Ia masuk surga jika berlaku shidiq. (HR. Al-Bukhari).
4. وصَفَ تَعَالَى أَنْبِيَاءَهُ بِالصِّدْقِ فِي مَعْرَضِ مَدْحِهِ لَهُمْ وَثَنَائِهِ عَلَيْهِمْ
Allah ta’ala memberikan julukan shidik kepada para nabi dan rasul saat Dia memuji mereka
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِبْرَاهِيمَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا
Ceritakanlah (Hai Muhammad) kisah Ibrahim di dalam Al-Kitab (Al-Qur’an) ini. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat shidiq lagi seorang nabi. (QS. Maryam: 41).
وَاذْكُرْ فِي الْكِتَابِ إِدْرِيسَ إِنَّهُ كَانَ صِدِّيقًا نَبِيًّا (56) وَرَفَعْنَاهُ مَكَانًا عَلِيًّا (57)
Dan ceritakanlah (hai Muhammad kepada mereka, (kisah) Idris (yang tersebut) di dalam Al Quran. Sesungguhnya ia adalah seorang yang sangat shidiq dan seorang nabi. Dan Kami telah mengangkatnya ke martabat yang tinggi. (QS. Maryam: 56-57).
5. الصِّدْقُ مِنْ أَجَلِّ الصِّفَاتِ الّتِي عُرِفَ الأَنبِيَاءُ بِالدَّعْوَةِ إِلَيْهَا
Shidiq adalah salah satu sifat agung yang dikenal menjadi seruan dakwah para nabi.
Tatkala Herklius, Raja Romawi Timur bertanya kepada Abu Sufyan (saat itu belum masuk Islam), tentang apa yang diserukan oleh Muhammad, Abu Sufyan menjawab:
يَقُولُ: "اُعْبُدُوا اللهَ وَحْدَهُ وَلَا تُشْرِكُوا بِهِ شَيْئًا وَاتْرُكُوا مَا يَقُولُ آبَاؤُكُمْ." وَيَأْمُرُنَا بِالصَّلَاةِ وَالزَّكَاةِ وَالصِّدْقِ وَالعَفَافِ وَالصِّلَةِ ...
Ia (Muhammad) berkata: “Sembahlah Allah saja dan jangan menyekutukanNya dengan apapun, dan tinggalkanlah (kebatilan) yang dikatakan nenek moyang kalian.” Dia memerintahkan kami untuk shalat, zakat, shidiq, menjaga kesucian diri, menjaga hubungan baik (dengan kerabat), … (HR. Al-Bukhari).
6. بالصِّدْقِ مَعَ اللهِ نَجَاةٌ مِنَ المَكْرُوهِ فِي الدُّنْيَا وَالآخِرَةِ
Dengan shidiq kepada Allah akan meraih keselamatan dari keburukan di dunia dan akhirat
Tentang keselamatan di dunia karena shidiq kepada Allah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menceritakan kisah tiga orang yang terjebak di dalam gua yang tertutup batu sehingga mereka tidak dapat keluar darinya. Kemudian yang menjadi sebab keselamatan mereka adalah perilaku shidiq mereka kepada Allah yang mereka gunakan untuk bertawassul dengannya dalam doa mereka.
فَقَالَ بَعْضُهُمْ لِبَعْضٍ: إِنَّهُ وَاللَّهِ يَا هَؤُلاَءِ، لاَ يُنْجِيكُمْ إِلَّا الصِّدْقُ، فَليَدْعُ كُلُّ رَجُلٍ مِنْكُمْ بِمَا يَعْلَمُ أَنَّهُ قَدْ صَدَقَ فِيهِ
Maka salah seorang dari mereka berkata kepada yang lain: “ Sesungguhnya, demi Allah, tidak ada yang menyelamatkan kalian kecuali shidiq, maka hendaklah setiap kalian berdoa dengan (bertawassul) menyebutkan perbuatan yang ia yakini bahwa ia telah berlaku shidiq di dalamnya." (HR. Al-Bukhari).
Sedangkan di akhirat, akhlaq shidiq adalah akhlaq teragung yang paling bermanfaat bagi seseorang, sebagaimana firman Allah:
قَالَ اللَّهُ هَذَا يَوْمُ يَنْفَعُ الصَّادِقِينَ صِدْقُهُمْ لَهُمْ جَنَّاتٌ تَجْرِي مِنْ تَحْتِهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ ذَلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ
Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang shidiq, sifat shidiq mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap mereka, dan merekapun ridha terhadapNya. Itulah keberuntungan yang besar." (QS. Al-Maidah: 119).
7. أهْلُ الصِّدْقِ هُمْ أَصْحَابُ البِرِّ وَالإِحْسَانِ وَالفَضْلِ وَالإِيمَانِ
Ahli shidiq adalah para pemilik kebajikan, ihsan, keutamaan, dan keimanan
لَيْسَ الْبِرَّ أَنْ تُوَلُّوا وُجُوهَكُمْ قِبَلَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ وَلَكِنَّ الْبِرَّ مَنْ آمَنَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَالْمَلَائِكَةِ وَالْكِتَابِ وَالنَّبِيِّينَ وَآتَى الْمَالَ عَلَى حُبِّهِ ذَوِي الْقُرْبَى وَالْيَتَامَى وَالْمَسَاكِينَ وَابْنَ السَّبِيلِ وَالسَّائِلِينَ وَفِي الرِّقَابِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَالْمُوفُونَ بِعَهْدِهِمْ إِذَا عَاهَدُوا وَالصَّابِرِينَ فِي الْبَأْسَاءِ وَالضَّرَّاءِ وَحِينَ الْبَأْسِ أُولَئِكَ الَّذِينَ صَدَقُوا وَأُولَئِكَ هُمُ الْمُتَّقُونَ
Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. Mereka itulah ORANG-ORANG YANG SHIDIQ; dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa. (QS. Al-Baqarah: 177).
8. الصِّدْقُ بَرَكَةٌ فِي الأَعْمَالِ وَالأَمْوَالِ
Shidiq adalah keberkahan dalam aktivitas dan harta
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
البَيِّعَانِ بِالخِيَارِ مَا لَمْ يَتَفَرَّقَا، فَإِنْ صَدَقَا وَبَيَّنَا بُورِكَ لَهُمَا فِي بَيْعِهِمَا، وَإِنْ كَتَمَا وَكَذَبَا مُحِقَتْ بَرَكَةُ بَيْعِهِمَا
Penjual dan pembeli memiliki hak khiyar (membatalkan atau melanjutkan transaksi) selama belum berpisah. Jika keduanya berlaku shidiq dan menjelaskan (dengan jujur) maka diberkahi jual beli keduanya. Bila keduanya menyembunyikan dan berdusta, maka dihilangkan keberkahan jual beli mereka. (HR. Al-Bukhari & Muslim).
9. الصّدْقُ فِي الشَّهَادَتَيْنِ نَجَاةٌ مِنَ النَّارِ
Shidiq dalam dua kalimat syahadat adalah keselamatan dari neraka
ما مِن أَحدٍ يَشهَدُ أنْ لا إِله إلا الله، وأنَّ محمداً رسولُ الله، صِدْقاً من قَلبهِ؛ إِلا حرَّمَه الله على النَّارِ
Tidaklah seseorang bersaksi bahwa tidak ada ilah kecuali Allah, dan bahwa sesungguhnya Muhammad adalah utusan Allah, shidiq dari hatinya, kecuali pasti Allah haramkan ia dari neraka. (HR. Al-Bukhari).
10. في الصِّدْقِ انْشِرَاحُ صَدْرٍ وَسَكِينَةُ نَفْسٍ
Pada perilaku shidiq terdapat kelapangan dada dan ketenangan jiwa
دَعْ مَا يَرِيبُكَ إِلَى مَا لَا يَرِيبُكَ، فَإِنَّ الصِّدْقَ طُمَأْنِينَةٌ، وَإِنَّ الْكَذِبَ رِيبَةٌ
Tinggalkan apa yang meragukanmu menuju apa yang tidak meragukanmu, karena sesungguhnya shidiq itu ketenangan, dan sesungguhnya dusta itu kegamangan. (HR. Ahmad & At-Tirmidzi – shahih).
11. الصَّادِقُونَ مِنْ خَيْرِ النَّاسِ
Orang-orang yang shidiq adalah termasuk orang-orang terbaik
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ عَمْرِو بْنِ الْعَاصِ، قَالَ: قُلْنَا يَا رَسُولَ اللهِ، مَنْ خَيْرُ النَّاسِ؟ قَالَ: " ذُو الْقَلْبِ الْمَخْمُومِ، وَاللِّسَانِ الصَّادِقِ "، قُلْنَا: فَقَدْ عَرَفْنَا الصَّادِقَ، فَمَا ذُو الْقَلْبِ الْمَخْمُومِ؟ قَالَ: " هُوَ التَّقِيُّ النَّقِيُّ الَّذِي لَا إِثْمَ فِيهِ وَلَا حَسَدَ
Dari Abdullah bin ‘Amru bin Al-Ash (RA) berkata: Kami berkata: Ya Rasulullah, siapakah sebaik-baik manusia? Beliau bersabda: Pemilik hati yang jernih dan lisan yang shidiq. Kami berkata: Kami sudah tahu orang yang shidiq, lalu siapakah pemilik hati yang jernih itu? Beliau bersabda: Dia adalah pemilik hati yang taqwa, jernih, tak ada dosa di dalamnya dan tak ada dengki. (HR. Al-Baihaqi dalam Syu’ab Al-Iman – shahih).
Bersambung ..
Sumber:
Al-Ra-id Durus fi At-Tarbiyah wa Ad-Da’wah, Mazin bin Abdul Karim Al-Furaih
Al-Akhlaq Al-Islamiyah wa Ususuha, Syaikh Abdul Rahman Hasan Habannakah Al-Maidani
Terima kasih ilmunya yang sangat bermanfaat. Izin mengambil ilmu nya dan mengamalkannya
BalasHapus