BERIMAN KEPADA ALLAH ‘AZZA WAJALLA (A-004)
✅ معْنَاهُ
هُوَ الاِعْتِقَادُ الجَازِمُ بِأَنَّ اللهَ حَقٌّ، وَأَنَّهُ وَاحِدٌ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَنَّهُ مُتَّصِفٌ بِكُلِّ كَمَالٍ، وَمُنَزَّهٌ عَنْ كُلِّ نَقْصٍ، وَأَنَّهُ وَحْدَهُ سُبْحَانَهُ المُسْتَحِقُّ لِأَنْ نَعْبُدَهُ وَنُطِيعَهُ.
✅ Artinya
Keyakinan yang pasti bahwa sesungguhnya Allah adalah haq (wujudnya pasti, tak dapat disangkal), bahwa Dia adalah esa tak ada sekutu bagi-Nya, memiliki segala sifat kesempurnaan, suci dari segala sifat kekurangan, dan bahwa Dialah satu-satunya yang berhak untuk kita ibadahi dan kita taati (secara mutlak).
الإِيمَانُ بِوُجُودِ اللهِ تَعَالَى 💡
💡 Iman kepada Wujud Allah Ta’ala
✅ Iman kepada Allah bahwa Dia adalah Haq – wajib al-wujud/wujudnya pasti – adalah kewajiban iman yang pertama. Allah ta’ala berfirman:
فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ
Al-Haq adalah salah satu nama Allah ta’ala.
✅ Menurut bahasa kata al-Haq berarti:
الثَّابِتُ الَّذِي لَا يَسُوغُ إِنْكَارُهُ
Yang tetap atau pasti yang tidak boleh diingkari (at-Ta’rifat, al-Jurjani, hlm 89).
✅ Al-Imam ath-Thabari rahimahullah menjelaskan makna al-Haq pada ayat tersebut dengan:
لَا شَكَّ فِيهِ
Tidak ada keraguan padaNya. (Tafsir ath-Thabari, 15/84).
✅ Jadi makna al-Haq adalah:
مَا وَجَبَ إِثْبَاتُهُ والاِعْتِرَافُ بِهِ، وَلَا يُمْكِنُ إِنْكَارُهُ وَالشَّكُّ فِيهِ لِقُوَّةِ ثُبُوتِهِ وَقَطْعِيَّةِ حُجَّتِهِ
Sesuatu yang wajib ditetapkan dan diakui, tidak mungkin diingkari dan diragukan karena saking kuatnya keberadaannya serta kepastian argumentasi tentangnya.
✅ Wujud Allah adalah sesuatu yang haq, terpatri dalam fitrah yang lurus, dan teramat jelas bagi akal yang sehat. Dalil dan argumentasi tentang wujud Allah teramat nyata karena salah satu namaNya adalah Azh-Zhahir (الظَّاهِر) yang Maha Jelas keberadaan-Nya, tak ada yang lebih jelas daripadaNya, tak ada keraguan tentang wujud-Nya sebagaimana kita tidak ragu dengan keberadaan makhluk ciptaan-Nya yang dapat kita rasakan.
قَالَتْ رُسُلُهُمْ أَفِي اللَّهِ شَكٌّ فَاطِرِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ
Rasul-rasul mereka berkata: “Apakah ada keraguan terhadap Allah, Pencipta langit dan bumi?” (QS. Ibrahim: 10).
Sebagaimana tidak ada keraguan pada wujud langit dan bumi, begitu pula tak ada keraguan sedikitpun terhadap wujud Pencipta langit dan bumi.
💡 منْ أَهَمِّ الأَدِلَّةِ عَلَى وُجُودِ اللهِ
💡 Diantara Dalil Terpenting tentang Wujud Allah
📕 دلَالَةُ الفِطْرَةِ
📕 Argumentasi Fitrah
✅ Ibnu ‘Athiyah rahimahullah menjelaskan pengertian fitrah dalam tafsirnya:
أَنَّهَا الخِلْقَةُ وَالْهَيْئَةُ فِي نَفْسِ الطِّفْلِ الَّتِي هِيَ مُعَدَّةٌ مُهَيَّأَةٌ لِأَنْ يُمَيِّزَ بِهَا مَصْنُوعَاتِ اللهِ تَعَالَى وَيَسْتَدِلَّ بِهَا عَلَى رَبِّهِ وَيَعْرِفَ شَرَائِعَهُ وَيُؤْمِنَ بِهِ
Bahwa fitrah adalah penciptaan dan keadaan dalam diri seorang bayi (yang baru lahir) yang disiapkan dan diformat agar dengannya ia dapat membedakan berbagai ciptaan Allah ta’ala, dapat mengantarkannya kepada Rabb-nya, mengenal syariat-Nya, dan beriman kepada-Nya. (Tafsir Ibnu ‘Athiyah, 4/336).
✅ Al-Qurthubi rahimahullah dalam tafsirnya menguatkan hal ini dan menyebutkan bahwa ia merupakan pendapat Abu ‘Umar Ibnu Abdi al-Bar yang didukung oleh para ulama peneliti rahimahumullah. (Lihat Tafsir al-Qurthubi, 14/29).
Firman Allah ta’ala:
فَأَقِمْ وَجْهَكَ لِلدِّينِ حَنِيفًا فِطْرَتَ اللَّهِ الَّتِي فَطَرَ النَّاسَ عَلَيْهَا
Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama (Islam); fitrah Allah yang telah menciptakan manusia menurut fitrah itu.. (QS. Ar-Rum: 30).
✅ Bahwa manusia diciptakan dengan perasaan di dalam nuraninya bahwa Allah itu ada. Boleh jadi sebagian kecil manusia mengkhianati fitrahnya saat kondisi lapang dan kuat sehingga ia mengingkari wujud Allah. Namun di saat ia dikepung oleh bencana dan kesulitan, nuraninya akan memunculkan fitrah itu dan memohon keselamatan kepada Tuhannya.
وَإِذَا غَشِيَهُمْ مَوْجٌ كَالظُّلَلِ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ
Dan apabila mereka digulung ombak yang besar seperti gunung, mereka berdoa menyeru Allah dengan mengikhlaskan ketundukan kepada-Nya. (QS. Luqman: 32).
✏️ قانُونُ السَّبَبِيَّةِ
✏️ Hukum Sebab Akibat
✅ Hukum sebab akibat menyatakan bahwa:
إِنَّ شَيئًا مِنَ الْمُمْكِنَاتِ "لَا يَحْدُثُ بِنَفْسِهِ مِنْ غَيْرِ شَيءٍ" لِأَنَّهُ لَا يَحْمِلُ فِي طَبِيْعَتِهِ السَّبَبَ الْكَافِيَ لِوُجُودِهِ "
"وَلَا يَسْتَقِلُّ بِإِحْدَاثِ شَيْءٍ" ؛ لِأَنَّهُ لَا يَسْتَطِيعُ أَنْ يَمْنَحَ غَيْرَهُ شَيْئاً لَا يَمْلِكُهُ هُوَ.
“Sesungguhnya sesuatu apapun dari alam ini tidaklah ada dengan sendirinya tanpa sebab, karena secara tabiat ia tidak membawa sebab yang cukup bagi keberadaannya. Dan ia tidak independen untuk mengadakan sesuatu yang lain, karena ia tidak akan mampu memberikan kepada yang lain apa yang ia sendiri tidak memilikinya.”
Orang-orang atheis mengatakan bahwa sel hidup pertama yang muncul di dunia ini muncul begitu saja secara kebetulan. Namun pernyataan konyol ini jelas menghadapi kesulitan menghadapi kenyataan bahwa struktur pada sel amat rumit dan kompleks, padahal sel adalah kehidupan paling sederhana. Sebuah sel ternyata lebih rumit dari semua struktur yang pernah dibuat manusia dengan teknologi mutakhir, terbukti dengan ketidakmampuan manusia membuat sel hidup dari benda-benda mati, meskipun telah dilakukan uji coba di laboratorium tercanggih sekalipun.
Terbentuknya sebuah sel tidak dapat dijelaskan dengan teori kebetulan. Sebuah sel dibangun dari protein yang terdiri dari beragam asam amino. Kemungkinan munculnya protein berukuran sedang yang terdiri dari 500 asam amino dalam urutan yang benar secara kebetulan adalah (1) berbanding (10 pangkat 50) artinya sebuah kemustahilan atau sama dengan nol dalam praktek.
DNA adalah molekul dalam inti sel yang membawa informasi genetik dalam jumlah yang amat besar. DNA dapat dianggap sebagai bank data raksasa yang menyimpan informasi dengan kapasitas tak terbayangkan. Jika kita ingin menuliskan informasi genetik ini dalam buku, maka kita membutuhkan 900 jilid buku yang masing-masing terdiri dari 500 halaman.
Ada hal lain yang unik pada DNA, yaitu bahwa molekul DNA tidak akan terbentuk kecuali dengan bantuan enzim. Namun enzim ini tidak dapat dihasilkan kecuali dengan perintah genetik dari DNA. Artinya ada siklus ketergantungan antara keduanya, dan ini berarti bahwa keduanya harus ada pada saat bersamaan. Hal ini menggugurkan skenario bahwa kehidupan muncul secara kebetulan.
Prof Leslie Orgal dari Universitas San Diego, California, AS menulis makalahnya pada tahun 1994:
“Protein dan asam nukleat memiliki struktur yang sangat rumit. Sungguh mustahil keduanya terbentuk dengan sendirinya secara kebetulan, secara bersamaan di tempat yang sama. Namun tampaknya mustahil pula salah satunya dapat terbentuk tanpa yang lain. Jadi sedari awal seorang terpaksa harus mengakui bahwa kehidupan tidak mungkin terbentuk pertama kali melalui reaksi kimia.” (Harun Yahya dalam Keajaiban Penciptaan Manusia, mengutip dari The Origin of Life on Earth, Leslie E Orgel, Scientific American, vol 271, Okt 1994, hlm 78).
Seorang ahli biologi terkenal, Douglas Futuyama menyatakan:
“Penciptaan dan evolusi, diantara dua ini, memberikan penjelasan yang mungkin tentang asal-usul makhluk hidup. Organisme muncul di bumi dalam bentuknya yang sepenuhnya lengkap sempurna atau belum sempurna. Jika belum sempurna, mereka pastilah telah berkembang dari spesies yang telah ada sebelumnya melalui proses perubahan (evolusi). Jika mereka muncul sudah dalam keadaan sepenuhnya lengkap dan sempurna, mereka pastilah telah diciptakan oleh suatu kecerdasan Maha Kuasa.” (Harun Yahya dalam Keajaiban Penciptaan Manusia, mengutip dari Science on Trial, Douglas Futuyama, New York: Pantheon Books, 1983, hlm 197)
Dalam kenyataannya kemungkinan kedualah yang benar, seperti yang dinyatakan oleh evolusionis sendiri, Derek W Ager, seorang ahli Palaentologi Inggris:
“Kesimpulan yang muncul ketika kita mengamati secara cermat catatan fosil, baik di tingkat ordo maupun spesies, adalah kita temukan – berulang kali – bukannya evolusi bertahap, tapi kemunculan tiba-tiba sekelompok makhluk hidup yang disertai kepunahan sekelompok lain.” (Keajaiban Penciptaan Manusia, Harun Yahya mengutip dari The Nature of The Fossil Record, Derek W Ager, vol 87, hlm 133).
✅ Intinya bahwa segala sesuatu pasti memiliki sebab, namun rantai sebab akibat itu mustahil tanpa akhir, dan mustahil pula terjadi siklus sebab akibat tanpa ada campur tangan dari pihak yang tidak tergantung dengan hukum sebab akibat itu, bahkan Dialah yang menciptakan hukum sebab akibat tersebut.
✅ Maha Benar Allah yang telah berfirman:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Sebenarnya mereka sendiri tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur: 35-36).
✅ Baik fitrah maupun akal sehat yang didukung oleh ilmu pengetahuan telah membuktikan wujud dan keesaan Allah ta’ala, namun ada saja manusia yang “mukabir” merasa besar dan membangkang dengan mengingkari segala argumentasi di depan matanya.
Richard Lewontin, seorang Darwinis fanatik dari Universitas Harvard menyatakan bahwa dirinya adalah seorang materialis sejati terlebih dulu, baru kemudian seorang ilmuwan:
“Bukannya metode dan lembaga ilmu pengetahuan yang mengharuskan kita menerima penjelasan bersifat materi tentang alam semesta ini. Sebaliknya, kita diharuskan oleh keyakinan kita terhadap penyebab-penyebab bersifat materi untuk membuat suatu perangkat penelitian dan serangkaian konsep yang menghasilkan penjelasan-penjelasan bersifat materi, betapapun tampak bertentangan dan membingungkan kalangan awam. Terlebih lagi, karena materialisme bersifat mutlak maka kita tidak dapat mengizinkan penjelasan yang berhubungan dengan Tuhan dalam ilmu pengetahuan.” (Harun Yahya dalam Keajaiban Penciptaan Manusia, mengutip dari The Demond-Haunted World, Richard Lewontin, The New York Review of Books, 9 Jan 1997, hlm 28).
✅ Maha benar Allah yang menyingkap karakter Fir’aun dan manusia-manusia setipe dengannya:
فَلَمَّا جَاءَتْهُمْ آيَاتُنَا مُبْصِرَةً قَالُوا هَذَا سِحْرٌ مُبِينٌ (13) وَجَحَدُوا بِهَا وَاسْتَيْقَنَتْهَا أَنْفُسُهُمْ ظُلْمًا وَعُلُوًّا فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الْمُفْسِدِينَ
Maka ketika ayat-ayat (bukti-bukti) dari Kami yang terang itu sampai kepada mereka, mereka berkata: “Ini sihir yang nyata.” Dan mereka mengingkarinya karena kezaliman dan kesombongan mereka, padahal hati mereka meyakini kebenarannya. Maka perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang berbuat kerusakan. (QS. An-Naml: 13-14).
📕 دلَالَةُ العَقْلِ وَالكَوْنِ
📕 Argumentasi Akal dan Alam Semesta
✏️ دلِيلُ الإِلْزَامِ العَقْلِيِّ بَيْنَ الوُجُوْدِ وَالْعَدَمِ
✏️ Dalil Keniscayaan “Ada” atau “Tiada” menurut Akal
✅ Tak ada keraguan pada orang yang berakal bahwa kebalikan dari “ada” adalah “tiada”, tak ada hal lain selain ada dan tiada, maksudnya jika yang menjadi kenyataan adalah ada, maka mustahil ia tiada dan juga sebaliknya.
✅ Ada pertanyaan yang muncul di benak kita:
Mana yang menjadi asal muasal: apakah wujud (ada) merupakan asal muasal? Ataukah ‘adam (tiada) yang menjadi asal muasal?
✅ Yang dimaksud dengan asal muasal di sini adalah sesuatu yang tidak memerlukan sebab atau alasan atau penjelasan atau faktor lain secara mutlak. Kalau ia masih memerlukan semua itu, ia tidak disebut asal muasal.
Untuk menjawab pertanyaan tersebut, mari kita “menganggap” bahwa asal muasal segala sesuatu adalah ketiadaan. Ketiadaan di sini maksudnya tak ada zat, sifat, energi atau kekuatan, kehendak, ilmu, kehidupan dan hal apapun.
Bagaimana ketiadaan yang menjadi asal muasal segala sesuatu ini mampu berubah menjadi ada? Kita merasakan keberadaan diri kita, merasakan keberadaan alam sekeliling kita, lalu bagaimana kita dan alam sekitar kita dengan segala zat, sifat, energi ini muncul sendiri dari ketiadaan, padahal kemunculannya memerlukan energi, sedangkan energi ini tidak ada?!
✅ Jadi, merupakan sebuah kemustahilan menurut aksiomatika bahwa ketiadaan berubah dengan sendirinya menjadi ada. Atau dengan kata lain mustahil ketiadaan mampu mengadakan sesuatu.
✅ Inilah yang diisyaratkan oleh ayat Al-Qur’an:
أَمْ خُلِقُوا مِنْ غَيْرِ شَيْءٍ أَمْ هُمُ الْخَالِقُونَ (35) أَمْ خَلَقُوا السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ بَلْ لَا يُوقِنُونَ
Atau apakah mereka tercipta tanpa asal-usul ataukah mereka menciptakan diri mereka sendiri? Ataukah mereka telah menciptakan langit dan bumi? Sebenarnya mereka sendiri tidak meyakini (apa yang mereka katakan). (QS. Ath-Thur: 35-36).
✅ Jika pernyataan bahwa “asal muasal segala sesuatu adalah ketiadaan” telah pasti BATAL atau SALAH, maka yang menjadi kebalikannya pastilah BENAR, yaitu bahwa “asal muasal segala sesuatu adalah ada” karena tidak ada pilihan lain. Dan karena ia merupakan asal muasal, maka keberadaannya tidak memerlukan sebab atau faktor lain, dan bahwa keberadaannya adalah WAJIB atau NISCAYA. Jika tidak demikian, maka kita akan kembali kepada pernyataan pertama, padahal telah dibuktikan dengan logika bahwa pernyataan pertama itu mustahil.
✅ Kesimpulan:
1. Asal muasal segala sesuatu adalah ada, maka wujud (keberadaan)nya adalah WAJIB atau NISCAYA.
2. Yang wujudnya WAJIB atau NISCAYA mustahil mempunyai permulaan, atau mustahil pernah tiada.
Asal muasal yang keberadaannya WAJIB atau NISCAYA itu adalah Allah subhanahu wata’ala.
ذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمْ لَا إِلَهَ إِلَّا هُوَ خَالِقُ كُلِّ شَيْءٍ فَاعْبُدُوهُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ وَكِيلٌ
Itulah Allah, Rabb kamu; tiada ilah selain Dia, Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia, Dialah Pemelihara segala sesuatu. (QS. Al-An’am: 102).
Referensi:
1. Al-‘Aqidah Al-Islamiyah wa Ususuha, ‘Abdul Rahman Hasan Habannakah Al-Maidani, Dar Al-Qalam, Damaskus, Cetakan XI, 2002.
2. Al-Adillah ‘ala Wujudillah Ta’ala, Umar Sulaiman al-Asyqar, Mauqi’ Ma’rifatillah
3. Keajaiban Penciptaan Manusia, Harun Yahya, Globalmedia Cipta Publishing.
Posting Komentar untuk " BERIMAN KEPADA ALLAH ‘AZZA WAJALLA (A-004)"
Hindari kata-kata yang mengandung pornografi, penghinaan dan kebencian serta pelanggaran hukum yang berlaku.