Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala (A-007) Bagian 1
📚 Muqaddimah
✅ Dalam memahami dan menjelaskan sifat-sifat Allah subhanahu wata’ala dan beberapa masalah detil-detil aqidah yang lain, para ulama Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah terbagi menjadi tiga madzhab : madzhab Asy’ari, Maturidi, dan Atsari sebagaimana ungkapan Syamsuddin Muhammad bin Ahmad as-Safarini al-Hambali dalam kitabnya Lawami’ al-Anwar al-Bahiyyah (1/73) :
أَهْلُ السُّنَّةِ وَالْجَمَاعَةِ ثَلَاثُ فِرَقٍ: الْأَثَرِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَحْمَدُ بْنُ حَنْبَلٍ - رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ، وَالْأَشْعَرِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَبُو الْحَسَنِ الْأَشْعَرِيُّ - رَحِمَهُ اللَّهُ، وَالْمَاتُرِيدِيَّةُ وَإِمَامُهُمْ أَبُو مَنْصُورٍ الْمَاتُرِيدِيُّ، وَأَمَّا فِرَقُ الضَّلَالِ فَكَثِيرَةٌ جِدًّا..
Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah ada 3 kelompok: al-Atsariyyah dan imam mereka adalah Ahmad bin Hambal – semoga Allah meridhainya –, al-Asy’ariyyah dan imam mereka adalah Abu al-Hasan al-Asy’ari – semoga Allah merahmatinya -, dan al-Maturidiyyah dan imam mereka adalah Abu Manshur al-Maturidi. Sedangkan kelompok-kelompok yang sesat banyak sekali..
Artinya as-Safarini rahimahullah menyatakan bahwa perbedaan pendapat diantara ketiga kelompok tersebut tidak mengeluarkan mereka dari lingkaran atau payung Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah. Oleh karena itu memilih salah satu madzhab dalam pembahasan detil-detil aqidah diantara tiga madzhab tersebut termasuk hal yang diperbolehkan atau termasuk masalah yang boleh diberikan toleransi tanpa tuduhan sesat.
✅ Al-Imam an-Nawawi rahimahullah menjelaskan madzhab ulama dalam memahami hadits-hadits sifat yaitu saat beliau menjelaskan tentang hadits “nuzul” (Allah turun ke langit dunia/dekat) dalam syarah beliau terhadap Shahih Muslim, bahwa baik madzhab yang mengimani apa adanya tanpa memahami makna lahiriah yang terbersit dalam benak kita, maupun madzhab yang melakukan ta-wil keduanya adalah madzhab salaf.
هذا الحديث من أحاديث الصفات وفيه مذهبان مشهوران للعلماء سبق إيضاحهما في كتاب الإيمان ومختصرهما أن أحدهما وهو مذهب جمهور السلف وبعض المتكلمين أنه يؤمن بأنها حق على ما يليق بالله تعالى وأن ظاهرها المتعارف في حقنا غير مراد ولا يتكلم في تأويلها مع اعتقاد تنزيه الله تعالى عن صفات المخلوق وعن الانتقال والحركات وسائر سمات الخلق والثاني مذهب أكثرالمتكلمين وجماعات من السلف وهو محكي هنا عن مالك والأوزاعي أنها تتأول على ما يليق بها ..
Hadits ini termasuk hadits-hadits sifat. Di dalam (memahami) nya ada 2 madzhab ulama yang dikenal, telah dijelaskan lengkap di kitab al-iman. Ringkasannya adalah bahwa salah satu madzhab yaitu mayoritas salaf dan sebagian ulama ilmu kalam meyakininya sebagai kebenaran sesuai kelaikan bagi Allah ta’ala dan bahwa makna lahiriah yang kita kenal bagi kita (sebagai makhluk) tidaklah dimaksudkan, juga tidak (perlu) dibicarakan ta-wilnya, dengan keyakinan wajib mensucikan Allah dari sifat-sifat makhluk, dari perpindahan, gerak dan semua ciri-ciri makhluk. Dan (madzhab) yang kedua adalah madzhab mayoritas ahli ilmu kalam dan beberapa jamaah salaf, dan dia (dalam hadits nuzul) di sini diriwayatkan dari (Imam) Malik dan al-Auza’i, bahwasanya ia dita-wil dengan (ta-wil) yang laik.. (Syarh an-Nawawi ‘ala Muslim 6/36).
Oleh karena itu, dengan pertimbangan bahwa mayoritas ulama di tanah air mengajarkan aqidah melalui kitab-kitab bermadzhab Asy’ari, dan telah menjadi niat admin untuk menyampaikan postingan ilmusyariah.com sesuai dengan madzhab mayoritas masyarakat Indonesia baik dalam aspek Aqidah maupun Fiqih selama dalam ruang lingkup Ahlu as-Sunnah wa al-Jama’ah, maka penjelasan tentang sifat-sifat Allah inipun merujuk kepada kitab-kitab Asy’ariyyah insya Allah.
✅ Para ulama Asy’ariyah menyebutkan sifat-sifat Allah yang laik bagi keagungan dan kesempurnaanNya, biasanya disebut dengan Sifat 20. Penyebutan 20 sifat ini tidak berarti bahwa Allah hanya memiliki 20 sifat ini saja. Sifat-sifat kesempurnaan Allah yang lain mayoritasnya termasuk ke dalam sifat af'al (perbuatan) Allah ta'ala yang Mahasuci, seperti mencipta dan memberi rizki.
Disebutkan dalam Kitab Ummu al-Barahin oleh al-Imam as-Sanusi rahimahullah :
فَمِمَّا يِجِبُ لِمَوْلَانَا جَلَّ وَعَزَّ عِشْرُونَ صِفَةً
Diantara yang wajib bagi Pelindung kita yang Maha Agung dan Maha Kuat adalah dua puluh sifat.
Di dalam Syarah Ummu al-Barahin oleh Muhammad bin ‘Umar al-Mallali at-Tilmisani, murid al-Imam as-Sanusi :
Ketahuilah bahwa sifat-sifat kesempurnaan yang wajib bagi Allah ta’ala tidak ada batas akhirnya, dan syariat tidak membebani kita untuk mengetahui semuanya. Andai Allah membebani kita dengannya, maka ia termasuk pembebanan dengan sesuatu yang berada di luar kesanggupan dan hal itu ditiadakan berkat karunia Allah ta’ala..
📌 Sifat 20 ini dibagi menjadi 4 jenis :
1. Sifat Nafsiyyah (الصِّفَةُ النَّفْسِيَّةُ) : yaitu sifat yang menunjukkan Zat Allah itu sendiri, tanpa kandungan makna yang lain, yaitu sifat al-Wujud (الوُجُودُ). Dan mustahil “ ’adam ” (tidak ada)
2. Sifat Salbiyyah (الصِّفَاتُ السَّلْبِيَّةُ) : yaitu sifat-sifat yang berfungsi “salb” artinya menafikan atau menolak sifat yang tidak laik atau mustahil bagi Allah ta’ala yang menjadi kebalikannya. Dan sifat-sifat salbiyyah ini sekaligus menjelaskan wujud Allah ta’ala. Yaitu:
📎 al-Qidam (القِدَمُ), secara bahasa artinya “dahulu” maksudnya bahwa wujudNya tak berawal. Jadi sifat qidam berfungsi menolak sifat yang mustahil bagi Allah yaitu “huduts” (wujudNya mempunyai permulaan atau pernah tidak ada).
📎 al-Baqa (البَقَاءُ), artinya kekal, maksudnya bahwa wujud Allah ta’ala mustahil “fana” (musnah atau berakhir).
📎 Mukhalafatuhu li al-Hawadits (مُخَالَفَتُهُ لِلْحَوَادِثِ) artinya berbeda dengan makhluk dalam zat, sifat dan perbuatanNya. Artinya sifat ini menolak segala “mumatsalah” (persamaan) atau “musyabahah” (kemiripan) dengan selainNya.
📎 Qiyamuhu bi Nafsih (قِيَامُهُ بِنَفْسِهِ) artinya berdiri sendiri. Maksudnya bahwa Allah ta’ala tidak membutuhkan yang lain. Jadi sifat ini menolak sifat mustahil bagi Allah yaitu “ihtiyaj ila ghairih” (kebutuhan kepada yang lain).
📎 al-Wahdaniyah (الوَحْدَانِيَّةُ) artinya esa atau satu. Maksudnya adalah bahwa Allah itu esa baik dalam Zat, Sifat maupun Af’al (perbuatan) Nya. Sifat ini menafikan sifat tandingan atau sekutu baik dalam Zat, Sifat maupun Af’alNya.
3. Sifat al-Ma’ani (صِفَاتُ المَعَانِي) yaitu sifat-sifat yang ada melekat pada Zat-Nya, yaitu:
📎 al-Qudrah (القُدْرَةُ) artinya kekuasaan atau kemampuan,
📎 al-Iradah (الإِرَادَةُ) artinya kehendak,
📎 al-‘Ilm (العِلْمُ) artinya ilmu,
📎 al-Hayah (الحَيَاةُ) artinya kehidupan,
📎 as-Sama’ (السَّمْعُ) artinya pendengaran,
📎 al-Bashar (البَصَرُ) artinya penglihatan,
📎 dan al-Kalam (الكَلَامُ) artinya firman Allah.
4. Sifat Ma’nawiyyah (الصِّفَاتُ المَعْنَوِيَّةُ) yaitu sifat yang diambil atau dinisbatkan dari Sifat al-Ma’ani yang tujuh tersebut. Yaitu keberadaan Allah sebagai Qadiran (قَادِرًا) Maha Berkuasa, Muridan (مُرِيدًا) Maha Berkehendak, ‘Aliman (عَالِمًا) Maha Mengetahui, Hayyan (حَيًّا) Maha Hidup, Sami’an (سَمِيعًا) Maha Mendengar, Bashiran (بَصِيرًا) Maha Melihat, Mutakalliman (مُتَكَلِّمًا) Maha Berfirman.
📌 Selain sifat 20 tersebut, ada juga :
5. Sifat al-Af’al (صِفَاتُ الأَفْعَالِ) sifat berupa perbuatan seperti ar-rizq (الرِّزْقُ) memberi rizki, at-ta’lim (التَّعْلِيمُ) mengajarkan, al-imba (الإِنْبَاءُ) memberitakan, al-ita (الإِيتَاءُ) memberi, dan lain-lain.
6. Sifat Jami'ah (الصِّفَاتُ الجَامِعَةُ) yaitu sifat yang menghimpun berbagai sifat yang lain, seperti al-'Uluw (ketinggian), al-'Izham (keagungan), al-Kibar (kebesaran),..
Bersambung ..
Referensi Utama :
- Umm al-Barahin ma'a Syarhih, al-Imam as-Sanusi
- Al-'Aqidah Al-Islamiyyah, Dr. Mushthafa Sa'id al-Khin & Dr. Muhyiddin Dib Masto
Posting Komentar untuk "Sifat Allah Subhanahu wa Ta’ala (A-007) Bagian 1"
Hindari kata-kata yang mengandung pornografi, penghinaan dan kebencian serta pelanggaran hukum yang berlaku.